Senin, 07 Desember 2009

cerita singkat

Di tepi sungai Kapuas kecil dan Sungai Landak berdiri megah Keraton Kadriah. Sebuah istana yang berukuran 30 x 50 meter dan mempunyai 3 tingkat, merupakan istana yang terbesar di Kalimantan Barat. Tidak jauh dari Keraton Kadriah ini menyerupai bangunan Meru di Bali, berdiri menghadap kiblat mesjid Jami’ Sultan Pontianak, bersatu dengan sejarah panjang leluhur Kesultanan Pontianak yang berasal dari kota Trim Hadral maut negara Arab.
Sultan Abdurrahman memerintah hingga tahun 1808. setelah itu Sultan Sy. Kasim Alkadri bin Sy. Abdurrahman Alkadri naik tahta dan memerintah hingga 1819.
Tanggal 14 bulan Rajab 1185 H, bertepatan dengan tanggal 23 Oktober 1781 dibangunlah tiang pertama kerajaan Pontianak. Pada tahun 1944 Sultan Sy. Muhammad Alkadri ditawa Jepang beliau wafat dalam tawanan Jepang. Untuk mengisi kekosongan pemerintahan pada waktu itu maka dinobatkan Sy. Thaha Alkadri bin Sy. Oesman Alkadri menjadi Sultan pada tahun 1945.
Dengan masuknya tentara sekutu setelah mengalahkan Jepang, maka dinobatklanlah Sultan Sy. Hamid II Kadri menjadi Sultan Pontianak, dan pada tahun 1950 maka kerajaan Pontianak dihapuskan dan dilebur menjadi Propinsi Kalimantan Barat. Adapun peninggalan-peninggalan dari keraton ini ialah meriam, kursi singgasana, tongkat penobatan, pakaian raja, Alqur’an yang ditulis tangan oleh Sultan Sy. Abdurrahman Alkadri sendiri, pedang, keris serta berbagai benda pusaka lainnya.
Sedangkan putri dari Sultan Sy. Abdurrahman Alkadri yang masih hidup hingga sekarang ini ialah Ratu Perbu Wijaya yang berumur sekitar 100 tahun. Adat istiadatnya pun hingga sekarang ini masih dijalanakan seperti acara perkawinan, gunting rambut bayi, tepong tawar dan lain-lain. Tapi yang boleh menjalankannya dikeraton hanyalah keturunannya selain itu tidak boleh.
Demikianlah cerita singkat tentang Keraton Kadriah semoga bermanfaat bagi kita semua, wassalamu’alaikum wr. wb.

wawancara denganketurunan raja

Wawancara ini kulakukan kepada salah seorang keturunan keraton kadriah. Ini adalah tugas wawancaraku yang pertama kali. Saat itu aku masih duduk di kelas 1 SMA. Namun karena masih amatiran berkali-kali aku datang ke keraton tersebut. Hari pertama karena ternyata kamera yang kupakai untuk mengambil gambar di sana tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Dan hari kedua karena kaset yang kami pakai pada saat merekam pembicaraan saat itu tiba-tiba saja rusak. Namun akhirnya dengan segala keterbatasan yang ada kami dapat menyelesaikan tugas ini.
1. Kapankah Keraton ini berdiri ?
Keraton Kadriah ini berdiri pada tahun 1781 dan pendirinya ialah Sultan Sy. Abdurrahman Al Kadri
2. Sudah berapa tahunkah Keraton ini berdiri ?
Umur keraton ini sekitar 223 tahun
3. Apakah masih ada keturunan Sultan Sy. Abdurrahman Alkadri ?
Ada, namanya Ratu Perbu Wijaya yang masih hidup, beliau adalah putri Sultan Sy. Abdurrahman yang masih hidup berumur sekitar 100 tahun
4. Siapa sajakah turun temurun para Sultan kerajaan Pontianak ?
Turun temurun para Sultan kerajaan Pontianak ialah :
? Sultan Sy. Abdurrahman Alkadri memerintah pada tahun 1771 – 1808, setelah itu digantikan
? Sultan Sy. Kasim Alkadri memerintah pada tahun 1808 – 1819, dan dilanjutkan kembali oleh
? Sultan Sy. Osman Alkadri memerintah pada tahun 1819 – 1855
? Sultan Sy. Hamid I Alkadri memerintah pada tahun 1855 – 1872
? Sultan Sy. Yusuf Alkadri memerintah pada tahun 1872 – 1895, dan digantikan lagi oleh
? Sultan Sy. Muhammad Alkadri memerintah pada tahun 1895 – 1944, kemudian tak ada lagi keturunannya kecuali adiknya sendiri.
Jadi, untuk mengisi kekosongan pemerintahan maka dinobatkanlah Sy. Thaha Alkadri sebagai Sultan ke – 7, dan dilanjutkan kembali oleh Sultan Sy. Hamid II Alkadri. Memerintah pada tahun 1945 hingga 1978 dan Sultan Sy. Hamid II ini juga sebagai pencipta lambang burung garuda yang dipakai sebagai alat pemersatu bangsa di Indonesia, beliau meninggal pada tanggal 30 Maret 1978.
5. Apa saja benda-benda peninggalan yang ada di Keraton ini ?
Di Keraton ini ada banyak sekali peninggalannya seperti kursi singgasana, tempayan, keris pusaka, tombak penobatan, pedang, cermin seribu, baju kesultanan dan Al-qur’an yang ditulis sendiri oleh Sultan Sy. Abdurrahman dan masih banyak lagi peninggalan lainnya.
6. Berapakah umur dari Al-Qur’an yang ditulis tangan oleh Sultan sendiri ?
Umur Al-Qur’an yang ditulis sendiri oleh Sultan sudah berumur 2 abad.
7. Mengapa disebut kaca seribu ? dan apakah kaca seribu ini diberi atau dibeli ?
Disebut kaca seribu karena, pantulannya bisa memantulkan bayangan kita hingga ribuan kali. Kaca seribu ini diberi oleh orang prancis pada tahun 1823.
8. Apakah ada adat istiadat di Keraton ini yang masih dijalankan ?
Ada, seperti acara perkawinan, gunting rambut bayi, tepong tawar, dan lain-lain.
9. Apakah orang yang bukan orang keraton diperkenankan melakukan perkawinan di keraton ?
Tidak boleh.
10. Dimana letak meriam yang menentukan letak istana Keraton ini ?
Berada tepat di depan Keraton ini dan juga disebut sebagai meriam stimbol, disebut meriam stimbol karena meriam inilah yang menentukan letak istana keraton ini.
11. Apa yang dimaksud dengan acara tepong tawar ?
Tepung tawar ialah acara pembersihan keris pusaka oleh para ahli waris kesultanan Pontianak di Keraton Kadriah.
12. Sultan keberapa sajakah yang ada di Pontianak ini ?
Yang ada di Pontianak ini ialah Sultan ke-6 dan ke-7.
13. Mengapa keraton ini selalu dilambangkan lancang kuning ?
Dilambangkan lancang kuning karena lancang kuning adalah alat transportasi laut tradisional kesultanan Pontianak dan sekaligus menjadi lambang keraton ini.
14. Apakah guna lonceng yang ada di depan ?
Lonceng itu berguna bila ada keadaan darurat maka akan dibunyikan

lokasi

Salah satu peninggalan bersejarah di kota Pontianak adalah Keraton Kadriyah.
Lokasinya tepat di pertemuan Sungai Kapuas dan Sungai Landak.
Bangunannya terbuat dari Kayu Belian (kayu besi) yang tetap kokoh, walau umurnya udah 300 tahun lebih.

Untuk mencapai kesana bisa di tempuh dengan perahu dari Aloon2, yang langsung menuju ke keraton dan beberapa tempat lainnya di pinggir kapuas.

Atau dengan kendaraan darat, dari pusat kota, menyebrangi jembatan Kapuas, beberapa puluh meter, belok kiri, masuk jalan kecil. Didepan Jalan ada Gapura Selamat datang di Keraton Kadriyah. Kalau bulan2 November dan Desember seperti sekarang ini, Jalan menuju Istana sering terendam banjir, jadi jangan menggunakan mobil jenis sedan/ rendah.

Dalam kesempatan kesana minggu lalu, ada yg sedikit menggembirakan, Kondisi Keraton sudah mulai di tata, sehingga kesan kumuh sedikit berkurang.





istana.jpg
2 Comments




istnberanda.jpg




istnsingasana.jpg




peraduan.jpg
1 Comment




sultanwannabe.jpg

keadaan keraton pontianak saat ini

Gambaran kondisi Keraton Kadriyah Pontianak setelah diungkapkan Sultan Pontianak, Baginda Sultan Syarif Abu Bakar bin Syarif Mahmud Alkadrie, ternyata memancing sejumlah keprihatinan lainnya. Bahkan Wali Kota Pontianak Buchary A Rahman diminta menanggapi persoalan bangunan bersejarah tersebut, dengan mengalokasikan kucuran dana untuk merehabnya.

Heriyanto, mantan Ketua Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Provinsi Kalbar memandang, telah sewajarnya Pemerintah Kota Pontianak memberikan perhatian serius terhadap kondisi keraton yang saatnya untuk dibenahi. Dia meminta Wali Kota Buchary A Rahman mencurahkan perhatiannya serta peduli terhadap salah satu situs bersejarah peninggalan Kesultanan Pontianak di masa lalu. "Terus terang, perhatian Pak Wali terhadap keberadaan keraton sangat kecil, padahal ini kan nilai sejarah," tandas dia kepada Pontianak Post.

Keberadaan Kadriyah tak bisa dilepaskan dari berdirinya Kota Pontianak yang diawali dengan dikukuhkannya Kesultanan Pontianak pada 1771 M. Berdiri tegaknya bangunan istana yang kian hari kian dimakan usia, menimbulkan ketakutan beberapa kalangan bahwa bangunan yang didirikan Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie tersebut tak kuat menopang dirinya. Apalagi sebagaimana pernah diungkapkan Sultan Syarif Abu Bakar kepada Pontianak Post beberapa waktu lalu, 70 persen pondasi bawah keraton tak dapat dipertahankan lagi. Sementara atap keraton yang mencirikan bangunan di masa lalu diungkapkan dia telah mengalami kebocoran di beberapa sisi. Ketakutan tersebut tentu saja beralasan, dengan memandang beberapa bangunan keraton yang tersebar di beberapa daerah di Kalbar kini telah menyisakan puing akibat tak terjangkau perawatan. Sebut saja bangunan Istana Kerajaan Kubu, Istana Kerajaan Sekadau, Istana Surya Negara Kerajaan Sanggau, Istana Kerajaan Sukadana, serta Istana Kerajaan Simpang. "Ini kan merupakan aset nasional, merupakan peninggalan sejarah yang memberikan potret Kota Pontianak di masa lalu," ungkap dia.

Heriyanto berharap dibawah kepemimpinan wali kota yang kini dipimpin Budak Pontianak, mestinya tak melupakan asal-usul berdirinya kota yang kini berusia 235 tahun ini. Di masa lalu, dia mengungkapkan, ketika Kota Pontianak dipimpin orang-orang dari luar, perhatian masih tercurahkan. "Jangan sampai bangunan keraton dibiarkan begitu saja," tandas dia sembari meminta agar DPRD Kota Pontianak berperanan dengan memperjuangkan bangunan keraton. (ote)

< Gambaran kondisi Keraton Kadriyah Pontianak setelah diungkapkan Sultan Pontianak, Baginda Sultan Syarif Abu Bakar bin Syarif Mahmud Alkadrie, ternyata memancing sejumlah keprihatinan lainnya. Bahkan Wali Kota Pontianak Buchary A Rahman diminta menanggapi persoalan bangunan bersejarah tersebut, dengan mengalokasikan kucuran dana untuk merehabnya.

Heriyanto, mantan Ketua Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Provinsi Kalbar memandang, telah sewajarnya Pemerintah Kota Pontianak memberikan perhatian serius terhadap kondisi keraton yang saatnya untuk dibenahi. Dia meminta Wali Kota Buchary A Rahman mencurahkan perhatiannya serta peduli terhadap salah satu situs bersejarah peninggalan Kesultanan Pontianak di masa lalu. "Terus terang, perhatian Pak Wali terhadap keberadaan keraton sangat kecil, padahal ini kan nilai sejarah," tandas dia kepada Pontianak Post.

Keberadaan Kadriyah tak bisa dilepaskan dari berdirinya Kota Pontianak yang diawali dengan dikukuhkannya Kesultanan Pontianak pada 1771 M. Berdiri tegaknya bangunan istana yang kian hari kian dimakan usia, menimbulkan ketakutan beberapa kalangan bahwa bangunan yang didirikan Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie tersebut tak kuat menopang dirinya. Apalagi sebagaimana pernah diungkapkan Sultan Syarif Abu Bakar kepada Pontianak Post beberapa waktu lalu, 70 persen pondasi bawah keraton tak dapat dipertahankan lagi. Sementara atap keraton yang mencirikan bangunan di masa lalu diungkapkan dia telah mengalami kebocoran di beberapa sisi. Ketakutan tersebut tentu saja beralasan, dengan memandang beberapa bangunan keraton yang tersebar di beberapa daerah di Kalbar kini telah menyisakan puing akibat tak terjangkau perawatan. Sebut saja bangunan Istana Kerajaan Kubu, Istana Kerajaan Sekadau, Istana Surya Negara Kerajaan Sanggau, Istana Kerajaan Sukadana, serta Istana Kerajaan Simpang. "Ini kan merupakan aset nasional, merupakan peninggalan sejarah yang memberikan potret Kota Pontianak di masa lalu," ungkap dia.

Heriyanto berharap dibawah kepemimpinan wali kota yang kini dipimpin Budak Pontianak, mestinya tak melupakan asal-usul berdirinya kota yang kini berusia 235 tahun ini. Di masa lalu, dia mengungkapkan, ketika Kota Pontianak dipimpin orang-orang dari luar, perhatian masih tercurahkan. "Jangan sampai bangunan keraton dibiarkan begitu saja," tandas dia sembari meminta agar DPRD Kota Pontianak berperanan dengan memperjuangkan bangunan keraton. (ote)

sejarah

Keraton Pontianak Keraton Pontianak yang megah dengan struktur bangunan dari kayu yang kokoh, didirikan oleh Sultan Syarief Abdurrachman Alqadrie pada tahun 1771. Keraton ini memberikan daya tarik khusus bagi para pengunjung dengan banyaknya artefak atau benda-benda bersejarah seperti beragam perhiasan yang digunakan secara turun-temurun sejak zaman dahulu. Disampaing itu, koleksi Tahta, meriam, benda-benda kuno, barang pecah-belah, dan foto keluarga, yang telah mulai pudar, menggambarkan kehidupan masa lampau.


Blogger: keraton pontianak - Buat Entri

Terdapat mimbar yang terbuat dari kayu, serta ada pula cermin antik dari Perancis yang berada di aula utama yang oleh masyarakat setempat sering disebut “Kaca Seribu”. Sultan juga meninggalkan harta-harta pusaka dan benda-benda warisan lainnya kepada anggota keluarga yang masih ada, untuk dipelihara dan dirawat. Keraton Kadariah yang berada didaerah kampung Dalam Bugis, Kecamatan Pontianak Timur ini, dapat dicapai dalam waktu kurang lebih 15 menit dari pusat Kota Pontianak.